Selasa, 14 Juni 2011

Pessel Jadi Tuan Rumah Simulasi Bencana

PAINAN- Kabupaten Pesisir Selatan akan menjadi tuan rumah simulasi bencana tsunami se Provinsi Sumatera Barat awal Juni 2011 mendatang.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Pesisir Selatan Nasharyadi, Jumat (20/5) menjelaskan kegiatan simulasi tersebut akan dihadiri oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif dan gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

" Direncanakan simulasi digelar tanggal 7 Juni 2011 dan juga akan dihadiri oleh seluruh kepala daerah kabupaten/ kota se Sumatera Barat," jelasnya.

Sebelumnya di kabupaten Pesisir Selatan sendiri sudah dilaksanakan beberapa kali simulasi bencana tsunami yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana. Dengan simulasi diharapkan tingkat kepanikan masyarakat menghadapi bencana bisa ditekan.

" Ini sebagai upaya pemerintah memberikan perlindungan kepada masyarakat. Dengan simulasi diharapkan masyarakat memiliki wawasan kebencanaan, sehingga mereka tidak panik ketika terjadi bencana," pungkasnya

Tenggelam Di Laut : Tiga Korban Tewas

Dari empat warga Tarusan yang tenggelam di laut kawasan Mandeh, Pesisir Selatan Kamis (27/1) tiga orang di antaranya tewas. Hanya Nanda (28) yang ditemukan selamat. Tiga korban tewas yaitu Roli (27), Al (23) dan Wir (26). Jasad Roli ditemukan Sabtu (29/1), sedangkan jasad Al dan Wir ditemukan kemarin.
Kedua jasad korban itu dite­mukan dalam posisi tertelungkup sekitar pukul 9,30 wib yang tak jauh dari tempat kejadian peristiwa (TKP) dekat bukit Ransam  Sungai Nyalo Tarusan.

Pencarian korban tenggelam itu dipimpin oleh Wakil Bupati Pessel Drs.  Editiawarman ber­sama  Muspika Tarusan . Mereka bergerak lebih awal dari pada biasanya sekitar 6.30 wib. Turun
ke laut dengan mengunakan speed­boat serta mengerahkan tim SAR dan dibantu masyarakat nelayan Tarusan.
Kerja keras berbagai pihak itu membuahkan hasil. Dua jasad korban ditemukan secara terpisah  yang berjarak sekitar 200 meter dan 300 meter  dari TKP. Kedua korban kondisinya sudah mulai mengembang dan mengeluarkan bau busuk. Keduanya dievakuasi dengan perahu karet milik BPBD Pessel  dibawa ketempat kediaman keluarga korban di Batu Hampa dan Duku kecamatan Koto XI Tarusan.
Kejadian itu berawal ketika  korban mencari umang umang di kawasan Mandeh  dekat muara Gunung  Ransam Sungai Nyalo Tarusan Pessel. Umang umang dicari mengunakan biduk. Ketika itu muatan  sudah padat dan   korban  bermasuk untuk kembali pulang, namun nasib naas menimpa korban biduk karam dan korban  juga ikut tenggelam ke dalam laut yang diduga arusnya sangat kuat.
Peristiwa naas ini diketahui oleh masyarakat atas informasi pihak korban yang selamat Nanda. Ia mengatakan biduknya karam dan temannya tenggelam, sedangkan dirinya terus berusaha sekuat tenaga  keluar dari TKP menyelamatkan diri. Setelah itu dia pulang ke Tarusan menyampaikan kejadian yang dialami kepada masyarakat.
Biduk nelayan itu diduda dihan­tam gelombang besar  sehingga mereka tidak mampu untuk menye­lamatkan diri. Apalagi kejadian berlangsung pada malam hari.

SDN 43 Siguntur Ludes Terbakar

SDN 43 Siguntur, Kecamatan Koto XI Tarusan diamuk si jago merah, Sabtu (11/6). Kobaran api yang terlihat besar dan cepat menjalari semua ruangan saat itu, mengakibatkan semua mobiler dan dokumen berharga milik sekolah tidak terselamatkan.

Semua ruangan sekolah termasuk rumah dinas habis terbakar, yang tersisa hanya baguan dinding yang terbuat dari beton, sebab semua bangunan yang terbuat dari kayu sudah menjadi arang.

Api berasal dari rumah dinas kepala sekolah. Saat kejadian, rumah dinas yang ditempati guru “N”, 55 ini, dalam keadaan kosong. Ibu guru malam itu pergi menginap ke rumah orangtuanya di Barung-Barung Belantai.  

Sedangkan anak laki-laki yang dipercaya menjaga rumah saat itu takut tinggal sendirian. Sehingga ia juga menginap di rumah tetangga lainnya di kampung itu.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pessel, Nasharyadi mengatakan kerugian mencapai Rp1 miliar. Sebab semua bangunan beserta mobiler dan dokumen penting tidak bisa diselamatkan.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Pessel, Rusma Yul Anwar, mengatakan proses belajar mengajar di sekolah itu harus tetap berjalan lancer, tidak boleh terganggu.

ABRASI pantai

Painan,(ANTARA) - Sebanyak 7 Kepala Keluarga (KK) di Kampung Muaro Kandih, Kenagarian Punggasan , Kecamatan Lingo Sari Banganti Kabupaten Pesisir Selatan terpaksa mengungsi karena rumahnya hancur dihantam abrasi pantai yang terjadi semenjak Kamis (19/5).

Walinagari Punggasan, Kasdiman mengatakan tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun kerugian materi diperkirakan mencapai Rp500 juta lebih.

"Semua korban terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya, karena rumah tempat tinggalnya hancur akibat abrasi pantai pekan lalu,"ujarnya Selasa (24/5).

Pemilik rumah tersebut adalah Maran (45), Unang(40), Deen(56), Gusrianto(38), Emi(40), Basyirun(56) dan Buyung(38). Tidak hanya itu, sebelumnya, tujuh rumah tersebut juga diterjang angin puting beliung.

Menurutnya, peristiwa yang menghancurkan tujuh rumah warga Punggasan itu telah dilaporkan ke Pemerintah kabupaten setempat, dengan harapan segera menindaklanjuti.

Kampung Muaro Kandih yang di huni 2501 jiwa dengan 634 Kepala Keluarga (KK) itu sangat dikhawatirkan akan bertambah korban berikutnya bila kondisi tersebut dibiarkan.

"Pemkab hendaknya segera melakukan upaya penanganan abrasi pantai di daerah ini, karena akan mengancam puluhan rumah penduduk lainnya yang berada dipinggir pantai," ucapnya.

Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pessel, Nasharyadi ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya bersama Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air (PSDA) telah turun ke lokasi melakukan pengecekan, Selasa (24/5).

“upaya penanggulangan akan segera kita lakukan mengingat abrasi pantai telah merusak tujuh unit rumah serta mengancam puluhan rumah lainnya. Sementara untuk penanggulangan akan dilakukan oleh Dinas PSDA”, jelas Nashariyadi. (cpw3)

Alirman Sori Perjuangkan Kebutuhan BPBD Pessel

Tujuh kabupaten dan kota di Sumatera Barat masuk dalam kategori daerah rawan bencana gempa. Kabupaten Pesisir Selatan termasuk salah satu paling berbahaya untuk bencana gempa dan tsunami. Sementara itu 10 dari 12 kecamatan di Pesisir Selatan termasuk rawan bencana tsunami kecuali 2 kecamatan yaitu IV Nagari Bayang Utara dan Basa Ampek Balai Tapan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pesisir Selatan, Nasharyadi B, SH menyatakan itu, ketika bertemu dan berdialog dengan anggota DPD RI, Alirman Sori,SH, M.Hum, MM membahas kesiapan BPBD Pesisir Selatan dalam Program Penanggulangan Bencana, di aula pertemuan BPBD Pessel, Rabu (13/4).
Menurut Nasharyadi, untuk saat ini Pesisir Selatan melalui BPBD belum memiliki standar minimal untuk penanggulangan bencana, maka dari itu Nasharyadi mempresentasikan kebutuhan BPBD Pesisir Selatan dihadapan senator Alirman Sori untuk standar minimal penangulangan bencana, mulai dari standar fisik, operasioal, mobilisasi, peralatan dan perlengkapan dan lainnya.
Nasharyadi berharap kepada Alirman Sori yang juga putra asli daerah Pesisir Selatan, untuk dapat memperjuangkan kebutuhan BPBD tersebut di pusat.
“Kebutuhan ini sangatlah urgen dan dibutuhkan segera, karena kita tak pernah tahu kapan bencana akan terjadi, namun tentunya kita berharap bencana tersebut tidak terjadi,” harap Nasharyadi.
Menanggapi harapan kepala BPBD Pessel ini, Alirman Sori, SH, M.Hum, MM mengapresiasi dan akan segera berkomunikasi dengan pimpinan DPD, pihak BNPB serta Menteri terkait untuk pemenuhan kebutuhan standar darurat bencana ini.
Alirman Sori berharap agar pemerintah Pesisir Selatan dan juga BPBD supaya perperan aktif dan komunikatif agar seluruh elemen dapat mendorong tercapainya standar penanggulangan bencana di Pesisir Selatan.
“Penanggulangan bencana tidak hanya masalah fisik tetapi juga perlu diperhatikan dan dinomorsatukan masalah mitigasi dengan masyarakat, sosialisasi dan program-program pemberdayaan yang mencerdaskan masyarakat agar siap dan tanggap terhadap bencana, karena daerah Pesisir Selatan sudah ditakdirkan harus berhadap-hadapan dengan bencana,”